English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 16 Juni 2013

BOCAH LANGGAR-AN


Sarana Pendidikan dan Pembinaan Remaja NU yang Efektif

LANGGAR adalah bangunan ibadah tempat sholat ummat Islam sejak masa para Wali Songgo, hingga sekarang masih dilestarikan oleh orang NU atau warga nahdliyin. Model bangunan langgar umumnya terdiri dari: ruang tempat sholat, dan srambi. Kadang-ladang ada gota’an (ruang untuk tidur para pemuda, tak ubahnya seperti kamar hotel sekarang).Sedangkan bentuk bangunan secara keseluruhan hampir mirif dengan sanggar pamujan, yaitu tempat ibadah orang Hindu.

Bedanya sanggar pamujan kalau dengan langgar, kalau langgar semua ruangannya di sucikan, artinya kalau masuk langgar alas kakinya dilepas, atau kakinya di isuh-i, maksudnya disiram dengan air, maka dalam bangunan langgar ada jeding atau kamar mandi dan padasan atau tempat berwudlu.Anak yang tidak memakai alas kaki disebut mitik artinya kakikinya perperti kaki ayam/pitik, maka harus dibersihkan dengan air agar suci.Sehingga semua aktifitas dalam langgar harus suci dan bersih.

Langgar, biasanya didirikan oleh seseorang yang sudah memahami ilmu agama yang mumpuni, orang tersebut berperan sebagai pendidik, pengayom dan pelindung masyarakat.Sebagai pendidik yang empunya langgar akan mengajari msyarakat berbagai ilmu agama dan sekalidus menjadi contoh pelaksanaannya, wujudnya beliau menjadi imam sholat wajib lima waktu. Selain itu disela-sela waktu antara anshar dan magrip, magrip dengan isah maka diadakan pengajian ilmu agama.Bahkan setelah sholat subuh juga diadakan ngaji Qur’an. Nama sebuah langgar biasanya dinisbatkan dengan sang pendirinya, misalnya langgar-re Mhah Haji Dullah, artinya langgar itu yang mendirikan adalah Mhah Haji Abdullah, dan sebagainya.

Jadi keberadaan sebuah langgar bergantung seberapa hebatnya para yang mendirikannya. Selanjutnya sebagai pengayom, para pendiri langgar itu pada umumnya menguwasai berbagai bidang ilmu, misalnya ilmu social, ilmu pertanian, ilmu perdagangan dan lainnya, yang alhirnya bisa menjadi rujukan dan tempat bertanya dan mengadu bagi masyarakatnya. Sedangkan sebagai pelindung masyarakat para perdiri langgar itu yang oleh masyarakat sekitarnya dijuluki atau digelari KIAI.Kata Kiai dalam Kamus Bahasa Indonesia tertukis dengan ki.ai mempunyai banyak arti dalam hal ini penulis ambil dua saja yaitu satu kiai diartikan sebagai sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam ilmu agama Islam) dan kedua sebutan bagi guru ilmu gaib (dukun dsb). Jadi secara secara umum para kiai langgar itu adalah seseorang yang telah bisa dan mampu menjadi contoh suri tauladan dalam menjalankan perintah agama (sehingga dianugrahi karomah oleh Allah), negara dan yang tak kalah pentingnya mereka mempunyai keahlian khusus, seperti tobib, yaitu orang yang menyembuhkan penyakit, yang oleh mastarakat disebut dengan  suwuk, (artinya segala macam penyakit obatnya adalah air putih dibacakan do’a/mantra lalu dituplan ke dalam segelas air putih kemudian diminumkan kepada si sakit, semakin tinggi waham nya semakin mujarap jamunya itu). Satu kelebihan yang hampir dimiliki oleh para pendiri langgar adalah ilmu beladiri yang disebut pencak-silat, pencak olah raga, silat olah batin, sehingga secara fisik sehat dan secara batin kuat atau jaduk/dikdaya, sebab memiliki kedikdayaan.Hal-hal itulah yang akhirnya menjadikan langgar mempunyai ke-khas-an tersendiri, misalnya langgar nya Mbah Haji Dullah terkenal dengan pencak silatnya, sedangkan langgar nya Mbah Janun terkenal dengan diba’iyahnya atau seni baca sholawat dll. Akhirnya para pendiri langgar itu menjadi tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat, disebut tokoh agama karena bisa menjadi teladan dalam menjalankan ibadah agama Islam dan tokoh masyarakat karena bisa membantu menyekesaikan dan mengatasi permasalahan masyarakat sekitarnya.


Fungsi dan Peran Langgar

Fungsi utama Langgar adalah sebagai tempat ibadah, terutama sebagai tempat sambah-hyang, artinya sembah, itu sama dengan menyembah atau memuja, sedang hyang maksudnya Yang Maha Kuasa atauTuhan Allah, secara khusus yang dimaksudkan dengan sembahhyang disini adalah sholat lima waktu. Sedangkan fungsi yang lain adalah sebagai tempat berjuang menyiarkan atau mendakwahkan agama Islam.

Peran Langgar. Pada kurun waktu era sebelum tahun 70-an sampai dengan 80-an, yaitu masa kecil penulis dahulu, masih ada istilah Bocah Langgaran. Bocah Langgaran artinya adalah anak remaja atau ABG ( Anak Baru Gede ) sebutan kerennya jaman sekarang. Mereka hampir setiap saat berada di langgar pagi, siang, sore dan malam. Langgar bagi mereka (bocah, cah langgaran) hampir seperti base camps, atau markas, atau bahkan lebih dalam dari arti markas itu sendiri, sebab di tempat langgar itu  mereka bermain, belajar dan tidur lebih dari itu adanya ikatan batin yang mendalam dengan langgar itu sendiri. Diasanya di langgar itu juga se kelompok pemuda yang membina para remaja tersebut, yaitu mengaji Al-Qur’an bahkan sampai ilmu agama yang lain seperti pasholatan, tareh, fikih, tauhid, sholawatan dan pencak silat, sehingga langgar tersebut tak ubahnya seperti ‘sekolahan’ yang kelasnya hanya dibatasi kelompok-kelompok kecil saja tanpa adanya sekat seperti ruang kelas mereka. Para pemuda yang mengajari anak remaja itu sebutannya adalah ‘Kang’ saja, misaknya Kang Mad, Kang Un, Kang Ji dan lain sebagainya. Ini berarti betapa erat hubungan mereka.Para remaja ini belajar biasanya setelah dhuhur atau luhur, setelah asar atau ngasar, setelah magrip dan setelah isak atau ngisak. Setelah mereka selesai belajar  di malam hari biasanya mereka tidur bersama di langgar itu.

Dari ilustrasi diatas Langgar berperan sekali dalam mendidik anak, remaja, pemuda dan akhirnya tentu juga masyarakat dalam menjalankan ajaran agama dan bermasyarakat.


Kondisi LanggarSaat Ini.
Perkembangan dan perubahan masyarakat saat ini juga turut serta memberikan dampak terhadap keberadaan Langgar.Perubahan itu dimulai dengan pergeseran nama, sebutan langgar sekarang hampir hilang, berubah menjadi musolla, artinya tempat sholat, kemudian juga diikuti perubahan tata ruangnya, yaitu tinggal ruang utama saja yaitu tempat sholat, taka da lagi srambi, yaitu areal bebas untuk mengaji, bermain dan tidur, apalagi gota’an, tempat tidur permanen sudah hilang sama sekali, dan juga bentuk bangunan secara keseluruhan hampir sama yaitu bergaya timur tengah ditandai dengan adanya kubah yang berbentuk bulat lonjong (maaf seperti proto tipe susunya orang Arab).

Sedangkan perubahan yang tragis lagi musolla hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, tanpa kiai yang ada hanya imam sholat saja, sebab musolla dibangun secara bersama-sama yaitu oleh panitia pembangunan. Disisi lain memang tumbuh menjamur musolla, suara azan bergema melalui pengeras suara, satu kampong bisa ada lebih dari satu musolla bahkan tiap Rt ada musollanya. Tetapi sayangnya fungsi tempat markas perjuangan menyiarkan agama Isalam hampir tidak nampak karena tidak adanya sang kiai nya. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak adanya cah langgaran, Remaja Musolla hanya sebatas nama, ngajinya yaaa sebatas aba, tatsa, saja. Ilmu agama yang lain misalnya ilmu tauhit, fikih, tarih dll tidak ada yang mengajarkannya. Malah sekarang yang tampak ada adalah anak embongan, atau anak jalanan dalam tanda petik anak punk (anak punk adalah yang biasanya berpenampilan seperti artis, nyentrik, tapi sesubgguhnya tidak kaya, hal ini nampak dari pakaiannya yang kusuh, kotor dan dekil, boro-boro semerbak harum, seminggu nggak dicuci itu sudah biasa) anak remaja yang sesungguhnya menjadi akset bangsa yang berguna malah tidak ada yang membina.Mereka menjadi remaja yang tumbuh tanpa arah dan tuntunan yang jelas.Mereka jelas berbeda dengan bocah langgar-an, bisa ngaji dan ngerti ilmu agama dan bisa pencak silat untuk mempertahankan diri, sedangkan anak punk hanya mengandalkan nyanyi dan jrang-jreng se kagu nyatusan (seratus rupiah) dan senangnya mabuk dan tawuran saja.(Penulis pernah menjadi pendamping anak jalanan, sehingga sedikit banyak telah pernah bergaul dengan mereka barang sekejam, yaitu sekitar tiga tahun-an).

Penulis tak menutup mata, memang sekilas anak punk bisa cari uang, se-hari bisa seratus ribu rupiah bahkan lebih dari itu, tetapi ada satu hal penting yang dilupakan, yaitu umur atau usia yang tersia-siakan hanya untuk senang-senang sementara saja. Sebab sesungguhnya tugas dan fungsi manusia sebagai kholifah atau pemimpin yang bertugas memakmurkan bumi dan mensejahterakan kehidupan jauh terlupakan.Ini adalah hal yang memprihatinkan dan sekaligus mengenaskan.Tentu sebagai orang tua, kita merasa sedih melihat kondisi anak-anak yang kurang mendapat pendidikan dan pengarahan tersebut.Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana langgar dan musolla sekarang ini mampu berperan dalam pembinaan remaja masa kini, terutama menjawab fenomena anak punk itu.
Kondisi langgar yang masih tersisa dimasyarakat NU khususnya selayaknya tetap dilestarikan, kalau bisa tidak dirubah model dan bentuknya sebab itu adalah warisan budaya yang bisa menjadi bukti sejarah, kalaupun terpaksa dirubah, system pembinaannya yaaa dipertahankan.Semoga hal ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama. Amin.

Penulis : MK. Nur Habib

0 komentar:

Posting Komentar

Halaman