Dijepret, Mestro kita ikutan eksis

Suasana persiapan kegiatan Pameran Lukisan Cekakik Siswa MA Ma'arif NU Kepung 2013, Tampak para siswa sibuk dengan tugasnya masing-masing yang dipandu sendiri oleh Bpk. MK Nur Habib sebagai Guru Seni di madrasah ini - www.cekakikart.tk

Konjen Amerika Sempatkan Nonton Lukisan Cete

Foto Bpk. Zainul Abidin (kiri)dan pengunjung bersama Mr. Kenh, USA. dalam Kegiatan Pameran Lukisan Cekakik Siswa MA Ma'arif NU Kepung tahun 2012 - www.cekakikart.tk

Anak Dengan Keterbatasanpun Tak Kalah Dengan Seniman

Foto Bpk. MK Nur Habib memberikan hadiah kepada seorang anak yang hidup dengan keterbatasan fisik (tuna rungu) dari lomba melukis cekakik dalam rangka memperingati HUT Ke-1 Paguyuban Puspa Swara - www.cekakikart.tk

Sang Inspirator

Foto KH. Mahmuddin (nomor tiga dari kanan) bersama keluarga, beliau adalah sang inspirator lukisan cekakik yang hingga sekarang ini masih dikembangpesatkan oleh generasi kerturunannya, Bpk. MK Nur Habib - www.cekakikart.tk

Habib Melukis Dirinya Sendiri

Foto ketika Bpk. MK Nur Habib melukis dirinya sendiri saatmasa mudanya ditahun 1996.

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 16 Juni 2013

CKTV WAWANCARAI SANG MAESTRO CEKAKIK


Wawancara bersama Bpk. MK. Nur Habib, Pengembang pertama aliran seni lukisan cekakik.

JELANG PERWIMANAS PERTAMA, MA’ARIF PENUH PERCAYA DIRI


Segala hal telah sedang dipersiapkan dengan baik, diperkirakan jumlah peserta kepramukaan tingkat penegak dan pandega Perkemahan  Wirakarya Ma’arif NU 2013 ada 3000 orang dari 33 provinsi diIndonesia. Ketua PP LP Ma’arif  NU HZ Arifin Junaidi mengatakan kegiatan kali ini dimaksidkan untuk  mempertemukan dan mempererat tali persaudaraan antara para anggota pramuka diLembaga Pendidikan Ma’arif NU dan membina persaudaraan pramuka dari seluruh Indonesia. “Perwimanas Ma’arif NU juga dimaksudkan untuk membantu pendidikan karakter yang saat ini sangat kurang diIndonesia. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menciptakan insan yang bermartabat,” tambanya sembari menerangkan beberapa rangkaian kegiatan dalam Perwimanas kali pertama ini.

Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 24 sampai dengan 29 juni ini diharapkan bisa membawa dampak positif  bagi para pesertanya. Dalam rangkaian kegiatan yang dijadwalkan, tidak hanya kegiatan kepramukaan saja yang diutamakan, melainkan antara lain aktifitas yang berhubungan dengan ketahanan jasmani hingga penguatan aspek spiritualitas, bhakti sosial sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, pentas budaya khas daerah. Ada juga kegiatan karya Perwimanas 2013 secara fisik yakni pembangunan saluran irigasi, pembangunan jambangan, plesterisasi, penanaman tunas kelapa, serta Maarif berkarya. Selain itu, Perwimanas 2013 juga akan diisi dengan berbagai kegiatan non fisik, seperti camp Aswaja,  olimpiade science, sosialisasi HIV Aids, kesehatan reproduksi remaja, cerdas cermat Aswaja, lokakarya UU Pramuka dan kepemudaan, jurnalistik, ICT dan etika dunia maya serta leadhership, juga pameran produk unggulan daerah.

Disini, Cekakik Artist Community kontingen LP MA Ma’arif NU Kepung akan ikut berperan serta dalam kegiatan Perwimanas 2013. Lebih dari 100 Lukisan Cekakik yang akan dipamerkan, seluruhnya adalah hasil buah karya dari siswa MA Ma’arif  NU Kepung. LP Ma’arif NU Kepung adalah Lembaga Pendidikan satu-satunya diIndonesia yang menyertakan pendidikan seni lukisan cekakik dalam daftar kurikulumnya. Ini berkat kegigihan guru kesenian dilembaga pendidikan tersebut, yakni Bpk. MK Nur Habib. Beliau berani melakukan penelitian selama 12 tahun dan bereksperimen diberbagai daerah hanya untuk menciptakan pendidikan seni lukisan cekakik yang diwariskan oleh KH. Mahmuddin dari Pondok Pesantren suluk tarekah qodriyah wa naqsabandiyah Gembong, Tambak rejo, Gurah, Kabupaten Kediri. Dari jerih payah tersebut, akhirnya beliau berhasil menciptakan pendidikan seni lukisan cekakik dan memperkenalkannya keseluruh rakyat Indonesia maupun kepada dunia Internasional.

Kegiatan lainnya yang akan dilaksanakan masih ada training dan ekspose enterpreniuship, halaqah pendidikan kurikulum 2013, serta silaturahmi ke sejumlah pondok pesantren di Jombang. Dalam catatan panitia, akan ada sekitar 3000 peserta yang terlibat pada acara ini. “Namun segala hal telah kami perhitungkan, sehingga semua kebutuhan selama acara dapat terlayani dengan baik”,  tandas Gus Salman meyakinkan.

Sumber : www.nu.or.id

KOMUNITAS YANG BERPERAN AKTIF DIDUNIA SENI

Suasana persiapan pameran lukisan cekakik 2013
                Kontingen MA Ma'arif NU Kepung

Bagi siswa MA Ma’arif NU Kepung dalam pelajaran kesenian yang dikenal dengan Lukisan Cekakik itu suatu  aktifitas yang menyenangkan dan sangat berkesan, bagaimana tidak? Hanya bermodal kertas, cekakik atau ampas kopi dan sebatang korek api bisa menciptakan sebuah karya seni yang sangat artistik dan bernilai jual tinggi. Hal ini mendorong seorang guru seni MA Ma’arif NU Kepung, MK Nur Habib memikirkan sebuah wadah silaturrohim antar seniman aliran seni cekakik dan siswa MA Ma’arif NU Kepung. Mengapa kami menyebutnya “Aliran Seni Cekakik”, karena lukisan yang dibuat dari bahan limbah ini telah diakui menjadi aliran baru dalam dunia seni oleh museum NU Nasional dalam pameran lukisan cekakik yang diselenggarakan dimuseum NU Nasional bertemakan Gus Dur Waliyullah. Tidak hanya itu, dunia internasional pun telah memberikan peghargaan terhadap aliran seni baru ini.

Harapan beliau agar terjalin persaudaraan yang erat serta interaksi positif mengenai Seni Lukisan Cekakik. Akhirnya dibentuklah sebuah wadah silaturrahim, pengembangan diri dan sarana komunikasi yang diberi nama paguyuban Cekakik Artist Community. Visi misi dari kounitas ini adalah untuk menggali kemampuan diri agar seluruh anggota dapat menemukan dan memupukkembangkan bakat melukis, berlatih melukis dengan media cekakik hingga terampil dan ahli serta mempersembahkan hasil karya lukisan cekakik kepada khalayak luas serta mengajak masyarakat luas untuk melukis dengan cekakik, menikmati, memperhatikan dan mendapatkan kemanfaatan lukisan cekakik dalam rangka harmonisasi kehidupan lahir batin dan dunia akhirat.

Kegiatan nyata yag dilakukan olekh komunitas ini selain menjual lukisan cekakik melalui kegiatan pameran lukisan cekakik dan silaturrohim antar pelukis cekakik, juga melaksanakan kegiatan promosi lukisan cekakik , diskusi, seminar, sarasehan, kajian ilmiah, simposium  dalam bidang seni budaya, khususnya perkembangan lukisan cekakik dan pengabdian masyarakat.

Keanggotaan dari Cekaik Artist Community ini adalah pertama dari kategori anggota biasa, yakni mereka pelukis cekaik yang berasal dari siswa maupun alumi MA Ma’arif NU Kepung, entah itu aktif maupun tidak, dan pelukis dari kalangan umum yang berminat mempelajari dan menjadi pelukis cekakik. Kedua, adalah anggota Luar Biasa. Anggota yang termasuk dalam kategori ini adalah masyarakat umum pecinta dan penikmat lukisan cekakik, serta para kolektor seni. Ketiga, yang masuk dalam kategori anggota keghormatan adalah paratokoh masyarakat yang peduli terhadap pengembangan lukisan cekakik, para kritikus lukisan, pejabat pemerintahyang berjasa dalm pengembangan lukisan cekakik, dan para awak media massa. Keempat, yaitu anggota istimewa adalah para pejabat tinggi Negara yang berkenan mengoleksi lukisan cekakik. Sifat ari keangotaan Cekakik Artist Community adalah sukarela. Jadi dengan adanya komunitas ini semoga akan tercipta jaian hubungan ang terus-menerus, sambung-menyambung antara guru, murid dan alumni MA Ma’arif NU Kepung serta masyarakat untuk tetap menjaga tali silaurrahim ang dilandasi komitmen saling mendoakan selama-lamanya, serta semoga dengan adanya komunitas ini nantinya dapat menjunjung citra baik Negara Indonesia yang kaya akan kesenian budayanya.

BOCAH LANGGAR-AN


Sarana Pendidikan dan Pembinaan Remaja NU yang Efektif

LANGGAR adalah bangunan ibadah tempat sholat ummat Islam sejak masa para Wali Songgo, hingga sekarang masih dilestarikan oleh orang NU atau warga nahdliyin. Model bangunan langgar umumnya terdiri dari: ruang tempat sholat, dan srambi. Kadang-ladang ada gota’an (ruang untuk tidur para pemuda, tak ubahnya seperti kamar hotel sekarang).Sedangkan bentuk bangunan secara keseluruhan hampir mirif dengan sanggar pamujan, yaitu tempat ibadah orang Hindu.

Bedanya sanggar pamujan kalau dengan langgar, kalau langgar semua ruangannya di sucikan, artinya kalau masuk langgar alas kakinya dilepas, atau kakinya di isuh-i, maksudnya disiram dengan air, maka dalam bangunan langgar ada jeding atau kamar mandi dan padasan atau tempat berwudlu.Anak yang tidak memakai alas kaki disebut mitik artinya kakikinya perperti kaki ayam/pitik, maka harus dibersihkan dengan air agar suci.Sehingga semua aktifitas dalam langgar harus suci dan bersih.

Langgar, biasanya didirikan oleh seseorang yang sudah memahami ilmu agama yang mumpuni, orang tersebut berperan sebagai pendidik, pengayom dan pelindung masyarakat.Sebagai pendidik yang empunya langgar akan mengajari msyarakat berbagai ilmu agama dan sekalidus menjadi contoh pelaksanaannya, wujudnya beliau menjadi imam sholat wajib lima waktu. Selain itu disela-sela waktu antara anshar dan magrip, magrip dengan isah maka diadakan pengajian ilmu agama.Bahkan setelah sholat subuh juga diadakan ngaji Qur’an. Nama sebuah langgar biasanya dinisbatkan dengan sang pendirinya, misalnya langgar-re Mhah Haji Dullah, artinya langgar itu yang mendirikan adalah Mhah Haji Abdullah, dan sebagainya.

Jadi keberadaan sebuah langgar bergantung seberapa hebatnya para yang mendirikannya. Selanjutnya sebagai pengayom, para pendiri langgar itu pada umumnya menguwasai berbagai bidang ilmu, misalnya ilmu social, ilmu pertanian, ilmu perdagangan dan lainnya, yang alhirnya bisa menjadi rujukan dan tempat bertanya dan mengadu bagi masyarakatnya. Sedangkan sebagai pelindung masyarakat para perdiri langgar itu yang oleh masyarakat sekitarnya dijuluki atau digelari KIAI.Kata Kiai dalam Kamus Bahasa Indonesia tertukis dengan ki.ai mempunyai banyak arti dalam hal ini penulis ambil dua saja yaitu satu kiai diartikan sebagai sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam ilmu agama Islam) dan kedua sebutan bagi guru ilmu gaib (dukun dsb). Jadi secara secara umum para kiai langgar itu adalah seseorang yang telah bisa dan mampu menjadi contoh suri tauladan dalam menjalankan perintah agama (sehingga dianugrahi karomah oleh Allah), negara dan yang tak kalah pentingnya mereka mempunyai keahlian khusus, seperti tobib, yaitu orang yang menyembuhkan penyakit, yang oleh mastarakat disebut dengan  suwuk, (artinya segala macam penyakit obatnya adalah air putih dibacakan do’a/mantra lalu dituplan ke dalam segelas air putih kemudian diminumkan kepada si sakit, semakin tinggi waham nya semakin mujarap jamunya itu). Satu kelebihan yang hampir dimiliki oleh para pendiri langgar adalah ilmu beladiri yang disebut pencak-silat, pencak olah raga, silat olah batin, sehingga secara fisik sehat dan secara batin kuat atau jaduk/dikdaya, sebab memiliki kedikdayaan.Hal-hal itulah yang akhirnya menjadikan langgar mempunyai ke-khas-an tersendiri, misalnya langgar nya Mbah Haji Dullah terkenal dengan pencak silatnya, sedangkan langgar nya Mbah Janun terkenal dengan diba’iyahnya atau seni baca sholawat dll. Akhirnya para pendiri langgar itu menjadi tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat, disebut tokoh agama karena bisa menjadi teladan dalam menjalankan ibadah agama Islam dan tokoh masyarakat karena bisa membantu menyekesaikan dan mengatasi permasalahan masyarakat sekitarnya.


Fungsi dan Peran Langgar

Fungsi utama Langgar adalah sebagai tempat ibadah, terutama sebagai tempat sambah-hyang, artinya sembah, itu sama dengan menyembah atau memuja, sedang hyang maksudnya Yang Maha Kuasa atauTuhan Allah, secara khusus yang dimaksudkan dengan sembahhyang disini adalah sholat lima waktu. Sedangkan fungsi yang lain adalah sebagai tempat berjuang menyiarkan atau mendakwahkan agama Islam.

Peran Langgar. Pada kurun waktu era sebelum tahun 70-an sampai dengan 80-an, yaitu masa kecil penulis dahulu, masih ada istilah Bocah Langgaran. Bocah Langgaran artinya adalah anak remaja atau ABG ( Anak Baru Gede ) sebutan kerennya jaman sekarang. Mereka hampir setiap saat berada di langgar pagi, siang, sore dan malam. Langgar bagi mereka (bocah, cah langgaran) hampir seperti base camps, atau markas, atau bahkan lebih dalam dari arti markas itu sendiri, sebab di tempat langgar itu  mereka bermain, belajar dan tidur lebih dari itu adanya ikatan batin yang mendalam dengan langgar itu sendiri. Diasanya di langgar itu juga se kelompok pemuda yang membina para remaja tersebut, yaitu mengaji Al-Qur’an bahkan sampai ilmu agama yang lain seperti pasholatan, tareh, fikih, tauhid, sholawatan dan pencak silat, sehingga langgar tersebut tak ubahnya seperti ‘sekolahan’ yang kelasnya hanya dibatasi kelompok-kelompok kecil saja tanpa adanya sekat seperti ruang kelas mereka. Para pemuda yang mengajari anak remaja itu sebutannya adalah ‘Kang’ saja, misaknya Kang Mad, Kang Un, Kang Ji dan lain sebagainya. Ini berarti betapa erat hubungan mereka.Para remaja ini belajar biasanya setelah dhuhur atau luhur, setelah asar atau ngasar, setelah magrip dan setelah isak atau ngisak. Setelah mereka selesai belajar  di malam hari biasanya mereka tidur bersama di langgar itu.

Dari ilustrasi diatas Langgar berperan sekali dalam mendidik anak, remaja, pemuda dan akhirnya tentu juga masyarakat dalam menjalankan ajaran agama dan bermasyarakat.


Kondisi LanggarSaat Ini.
Perkembangan dan perubahan masyarakat saat ini juga turut serta memberikan dampak terhadap keberadaan Langgar.Perubahan itu dimulai dengan pergeseran nama, sebutan langgar sekarang hampir hilang, berubah menjadi musolla, artinya tempat sholat, kemudian juga diikuti perubahan tata ruangnya, yaitu tinggal ruang utama saja yaitu tempat sholat, taka da lagi srambi, yaitu areal bebas untuk mengaji, bermain dan tidur, apalagi gota’an, tempat tidur permanen sudah hilang sama sekali, dan juga bentuk bangunan secara keseluruhan hampir sama yaitu bergaya timur tengah ditandai dengan adanya kubah yang berbentuk bulat lonjong (maaf seperti proto tipe susunya orang Arab).

Sedangkan perubahan yang tragis lagi musolla hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, tanpa kiai yang ada hanya imam sholat saja, sebab musolla dibangun secara bersama-sama yaitu oleh panitia pembangunan. Disisi lain memang tumbuh menjamur musolla, suara azan bergema melalui pengeras suara, satu kampong bisa ada lebih dari satu musolla bahkan tiap Rt ada musollanya. Tetapi sayangnya fungsi tempat markas perjuangan menyiarkan agama Isalam hampir tidak nampak karena tidak adanya sang kiai nya. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak adanya cah langgaran, Remaja Musolla hanya sebatas nama, ngajinya yaaa sebatas aba, tatsa, saja. Ilmu agama yang lain misalnya ilmu tauhit, fikih, tarih dll tidak ada yang mengajarkannya. Malah sekarang yang tampak ada adalah anak embongan, atau anak jalanan dalam tanda petik anak punk (anak punk adalah yang biasanya berpenampilan seperti artis, nyentrik, tapi sesubgguhnya tidak kaya, hal ini nampak dari pakaiannya yang kusuh, kotor dan dekil, boro-boro semerbak harum, seminggu nggak dicuci itu sudah biasa) anak remaja yang sesungguhnya menjadi akset bangsa yang berguna malah tidak ada yang membina.Mereka menjadi remaja yang tumbuh tanpa arah dan tuntunan yang jelas.Mereka jelas berbeda dengan bocah langgar-an, bisa ngaji dan ngerti ilmu agama dan bisa pencak silat untuk mempertahankan diri, sedangkan anak punk hanya mengandalkan nyanyi dan jrang-jreng se kagu nyatusan (seratus rupiah) dan senangnya mabuk dan tawuran saja.(Penulis pernah menjadi pendamping anak jalanan, sehingga sedikit banyak telah pernah bergaul dengan mereka barang sekejam, yaitu sekitar tiga tahun-an).

Penulis tak menutup mata, memang sekilas anak punk bisa cari uang, se-hari bisa seratus ribu rupiah bahkan lebih dari itu, tetapi ada satu hal penting yang dilupakan, yaitu umur atau usia yang tersia-siakan hanya untuk senang-senang sementara saja. Sebab sesungguhnya tugas dan fungsi manusia sebagai kholifah atau pemimpin yang bertugas memakmurkan bumi dan mensejahterakan kehidupan jauh terlupakan.Ini adalah hal yang memprihatinkan dan sekaligus mengenaskan.Tentu sebagai orang tua, kita merasa sedih melihat kondisi anak-anak yang kurang mendapat pendidikan dan pengarahan tersebut.Hal yang patut dipertanyakan adalah bagaimana langgar dan musolla sekarang ini mampu berperan dalam pembinaan remaja masa kini, terutama menjawab fenomena anak punk itu.
Kondisi langgar yang masih tersisa dimasyarakat NU khususnya selayaknya tetap dilestarikan, kalau bisa tidak dirubah model dan bentuknya sebab itu adalah warisan budaya yang bisa menjadi bukti sejarah, kalaupun terpaksa dirubah, system pembinaannya yaaa dipertahankan.Semoga hal ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama. Amin.

Penulis : MK. Nur Habib

MENYIAPKAN BAHAN UNTUK MELUKIS CEKAKIK


Membuat cekakik sebenarnya sama halnya seperti membuat wedang kopi, sedangkan perbedaannya hanya terletak pada formulasi penyajian antara kopi bubuk, gula dan air panasnya. Karena disini kita akan membahas cekakik sebagai bahan melukis, maka perbandingan bahan yang harus disiapkan adalah 2 sendok makan kopi bubuk dan 3 sendok makan gula merah.

Cara pembuaan cekakiknya mudah, Formula bahan cekakik yang telah disebutkan diatas disedu dengan air panas yang mendidih (banyaknya air disesuaikan seperti kita sedang memuat wedang kopi), tunggu beberapa menit hingga endapan dari wedang kopi terlihat, lalu pisahkan antara air kopi dengan endapannya, nah cekakik (endapan wedang kopi) telah didapatkan, mudahkan?!

Setelah selesai pembuatan bahan melukis, siapkan kertas gambar yang agak tebal, agar ketika cekakik digoreskan, kertas tidak akan mudah sobek. Triplek seukuran kertas gambar yag telah disiapkan sebagai alas, agar kertas tetap awet dan memudahkan proses melukis. Batang korek api yang telah dinyalakan ujungnya sehingga membentuk sudut lancip, ini digunakan sebagai kuas untuk melukis. Namun tidak hanya sebatas bekas batang korek api saja, bisa juga kita menggunakan kuas dari korek kuping dan lidi. Bahkan kita bisa menggunakan jari-jari tangan kita untuk melukis, ada juga seseorang yang menggunakan bulu landak sebagai alat melukis cekakik. “saya ketika melihat bangkai landak ditepi sungai sebelah barat pondok teringat ujung korek api yang dibuat melukis cekakik, saya coba mengambil beberaba buah bulunya, dan setelah ujungnya dilancipkan baru dibuat untuk melukis, lo kok jadinya bagus”, tutur Anton Sulistianto, alumni siswa MA Ma’arif NU Kepung tahun 2009 yang juga belajar di PP. Ar-Riyadh Ringin Agung.

Ada alasan tersendiri mengapa para siswa MA Ma’arif NU Kepung selalu diajari melukis cekakik dengan sebatang bekas batang korek api. Menurut mas Dofir Ihsan, BA. hal itu dilakukan karena pertama tabarukan (ngalap berkah) Almarhum KH. Mahmuddin sebagai inspirator lukisan cekakik, kedua guru seni rupa nya mengajarkan tentang pentingnya menghargai sejarah dan yang ketiga guru seni rupa MA Ma’arif NU Kepung itu tawaduk kepada KH. Mahmuddin. Makna yang lainnya adalah siswa diajari memulai membuat karya apapun itu dimulai dari hal-hal kecil disekitar kita yang mungkin bias kita gunakan walaupun menurut orang lain sudah tidak terpikirkan kegunaannya.  Selain itu kelebihan batang korek api yang telah dibakar itu terletak pada ujungnya yang lancip namun tidak tajam, sehingga tidak sampai merobekkan kertasnya, akan tetapi bias menghasilkan guratan kecil yang akurat untuk membuat tekstur gelap terang yang tajam.


Sabtu, 15 Juni 2013

LUKISAN PAMERAN MA MA'ARIF NU KEPUNG 2013






















Rabu, 05 Juni 2013

SEMANGAT PERSIAPAN PAMERAN

Gambira dan penuh semangat, itulah yang dirasakan oleh siswa-siswi kelas XI, MA Ma'arif NU Kepung Kediri yang sedang menjalankan tugas mengurus pameran lukisan cekakik kakak kelasnya kemarin (30/5). mereka tampak sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada yang menata ruangan, ada yang mengurus pengiklanan, ada yang sibuk mengurus informasi pameran dimedia maya (red, interenet). tak ada yang mengeluh tentang pekerjaan mereka, semuanya bekerja penuh semangat. "Semoga kegiatan ini dapat berjalan lancar dan sesuai dengan rencana", tutur ayub ketika diwawancarai oleh reporter cekakik artist community dikelasnya, kegiatan pameran yang dilaksanakan pada tanggal 1 juni hingga 13 juni 2013 ini diharapkan membawa citra baik bagi cekakik artist community untuk memperkenalkan karya-karya para seniman lukis cekakik serta menjunjung nama baik MA Ma'arif NU Kepung. kegiatan ini dilaksanakan atas dasar keinginan bapak MK Nur Habib mengganti ujian kesenian dari esai menjadi praktek secara langsung, tidak seperti yang kita bayangkan, para siswa kelas XII dari jurusan BHS, IPA dan IPS terlihat antusias dalam melaksanakan ujian yang diminta oleh gurunya. dalam tema lukisan yang diangkat kali ini diberikan oleh MK Nur Habib adalah penggambaran tentang seorang putri kediri yang amat tersohor dengan kecantikannya, kelakuannya serta keanggunannya, ia adalah Dewi Kili Suci. MK Nur Habib berharap dari terselenggarakannya pameran ini agar masyarakat mengerti akan perlunya sebuah sifat keanggunan, kecantikan serta budi yang luhur bagi seorang wanita modern dewasa ini. mereka hanya menambah kecantikan saja dan telah melupakan keanggunan dan keluhuran budi yang seharusnya seorang wanita miliki.

Halaman